Penyesalan,
ya mungkin itulah yang mengelayuti hatiku selama 8 tahun ini. Bagaimana tidak,
kehilangan seseorang yang aku sayangi, tapi ku tak asa di sampingnya saat ia
menghembuskan nafas terakhirnya.
Ini
bermula saat ku duduk di kelas 1 SD, saat itu Ibu terlihat sehat-sehat saja. Tak
ada tanda-tanda yang menunjukan kalau dia sedang sakit. Saat itu bertepatan
dengan pembagian rapt ku di sekolah. Tapi sayangnya, Bapak dan Ibu tidak bisa
datang ke seklah untuk mengambil raporku karena Bapak mengantar Ibu ke rumah
sakit karena akhir-akhir ini Ibu sering sekali pingsan. Sebenarnya aku iri
melihat teman-temanku diantar leh orang tuanya untuk mengambil rapot, tapi apa
boleh buat, Bapak dan Ibu berhalangan hadir. Tapi itu tergantikan dengan rasa
banggaku ketika ternyata aku mendapat rangking pertama di kelasku. Aku sangat
bangga. Aku akan menghadiahkan ini pada Ibuku, kataku dalam hati.
“assalamualaikum..”
salamku saat ku masuk rumah, tapi tak ada yang menjawab
“bu,
pak,…” teriakku namun tetap takk ada yang menjawab.
Aku
beranjak ke kamar Ibu, tapi ternyata tak ada siapapun, aku hanya melihat baju Ibu
berantakan dan lemarinya pun terbuka, akupun beranjak keluar, dan ku lihat
paman.
“paman,
lihat Ibu tidak?”
“paman
lihat tadi ke rumah sakit, lalu bapakmu datang lalu pergi lagi ke rumah sakit,
tampaknya ia sangat terburu-buru”
Mendengar
pernyataan itu aku sangat kaget, hatiku bak disayat pisau berkarat. Aku menangis
sendiri di rumah.
Sorenya,
bapak pulang,
“Ibu
mana pak?”
“Ibumu
di rawat”
“memangnya
Ibu kenapa pak?”
“sudahlah,
jangan banyak tanya, bapak mau ke rumah sakit lagi, sekarang kamu jagain rumah!”
“Tapi
pak, Aji pengen ikut!”
“sudahlah
kamu jaga rumah saja”
Mendengar
seperti itu, aku menangis. Akhirnya aku diajak bapak ke rumah sakit karena
melihatku seperti itu.
Sesampainya
di rumah sakirt, aku bertanya pada dokter disana. Betapa kagetnya aku saat ku
tahu ternyata Ibu terkena kanker payudara stadium 4. Aku sangat sedih, kenapa
ini harus terjadi pada Ibu. Aku menangis sendiri. Ku lihat Ibu terbaring emah
di tempat tidur. Dan sejak saat itulah aku tak bisa lagi memeluk Ibu.
Karena
keadaan ekonomi keluargaku yang bisa dibilang kurang, akhirnya bapak memutuskan
untuk merawat Ibu dirumah. Dan sejak saat itu kami hanya bisa mengobati Ibu
seadanya.
Hari
berganti hari, bulan berganti bulan, dan akhirnya genap 2 tahun Ibu menahan
pahit getirnya mengidap penyakit kanker payudara stadium 4. Betapa tangguhnya Ibu
saat dokter mengetahui bahwa Ibu dapat menahan penyakit kanker payudara stadium
4 ini selama ini. Aku juga tidak menyangka Ibu sekuat itu. Aku bangga pada Ibu.
Hingga
suatu ketika, Ibu memanggilku,
“Ji,
Aji, kesini nak”
“iya
bu?”
“pijitin
kaki Ibu ya!...”
“iya
bu..” kataku menurut
“Ji,
kamu temenin Ibu ya disini”
“iya
bu..”
“Ibu
ingin istirahat, tapi Aji jangan pergi kemana-mana”
“iya
bu”.. aku pun melanjutkan memijit Ibu, hingga ku lihat Ibu mulai mengantuk dan
tertidur.
Melihat
keadaan seperti itu, aku pun keluar untuk bermain
“kak,
aku pergi main dulu ya”
“iya,
tapi jangan jauh-jauh” pesan kakakku
Akupun
pergi ke lapang untuk bermain bola bersama teman-temanku, namun baru saja kami
melakukan pembagian tim, bibiku sudah mengajakku untuk pulang.
“ada
apa bi?” tanyaku penasaran
“Ibu,
Ibumu…. Ibumu Ji….” Bersamaaan dengan isak tangis
Ibu
kenapa bi?” tanyaku penasaran
“Ibu….
Ibumu meninggal Ji”.. mendengar jawaban bibi, hatiku bagaikan ditebas pedang
berkarat yang tiada tara perihnya. Dan seketika, dunia menjadi gelap.
Saat
ku terbangun, kulihat langit-langit rumah yang putih seakan menenangkan hati,
namun, aku beranjak saat ku ingat Ibu.
“Ibu…
Ibu… Ibu dimana bi..?”
“Ibumu
telah dimakamkan Ji”
Aku
langsung menangis, aku tak kuasa mendengar hal itu. Apakah ini benar? Apakah Ibu
benar-benar meninggal? Hatiku bertanya-tanya.
Dan
sejak saat itu, aku sangat menyesali kenapa aku harus pergi bermain? Kenapa aku
tidak tinggal saja berdama Ibu? Aku sangat menyesal.
8 tahun berlalu.
Dan sejak saat itu, aku ingin sekali bertemu dengan Ibu. Walaupun hanya dalam
mimpi, tapi aku tak pernah memimpikan Ibu. Aku ingin sekali bertemu dengannya. Kenapa
aku tak bisa melihat Ibu lagi? Ya Alloh, aku ingin sekali bertemu dengan Ibu,
walaupun hanya dalam mimpi. Aku sangat rindu padanya. Aku ingin sekali bertemu
dengan Ibu. Aku kangen Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar